Ini makanya OJK gencar melakukan bahkan mewajibkan industri keuangan agar melakukan edukasi Literasi Keuangan, salah satunya tidak terjadi salah beli akibat tidak faham akan apa yg di belinya.
Memang sebagian akan terpaku pada brand, sebagian pada nominal, sebagian lagi pada produknya.
Si nasabah tsbt tidak akan kecewa seandainya tahu apa yg dibeli, ok fair 5jt/bulan dg proteksi A,B, ..... Total butuh premi 5jt/bulan, maka akan tidak ada sesal, krn sudah tahu yg dibeli adalah proteksi, dan nilai tunai dianggap sebagai bonus.
Ingat, semakin banyak proteksi yang di beli, maka semakin besar potongan/premi yg harus di bayarkan. Setidaknya ada 9 proteksi dalam produk unit link, 1wajib, 8 lainnya optional atau tambahn atau rider. Rider ini di beli untuk orang2 dg kondisi khusus. (Sila baca di blog saya, "Bersahabat dengan Unit Link").
Namun jika, dg 5jt/bulan tersebut hanya dapat proteksi A, dan tidak faham apa yg dibelinya adalah ASURANSI yg fungsinya untuk proteksi, maka akan timbul kekecewaan karena nasabah tersebut beli untuk tujuan investasi, TANPA MEMPERHITUNGKAN BIAYA-BIAYA yang ada.
Kekecewaan tersebut MUNGKIN tidak akan timbul jika saja nasabah menarik dananya setelah 5,6 tahun kepesertaaan. Karena biasanya pada tahun tersebut sudah tercapai BEP.
Nah, hikmah untuk saya adalah :
1. Beli Asuransi karena butuh, bukan karena pekewuh.
2. Beli Asuransi untuk tujuan proteksi.
3. Premi disesuaikan dengan proteksi. Misal untuk usia 30tahunan, proteksi Jiwa 100juta hanya butuh 150rban/bulan.
4. Beli Proteksi jiwa sesuai kebutuhan, yang dihitung berdasarkan usia, pendapatan dan tanggungan.
5. Perlu tidaknya proteksi selain Jiwa di analisa berdasarkan, resiko pekerjaan,history keluarga dan gaya hidup.
6. Masa perjanjian/Masa proteksi disesuaikan dg lama pensiun atau usia anak terkecil mandiri.
7. Menarik dana sesuai jadwalnya.
8. Berinvestasi di tempat yang memberikan return diatas inflasi yang terjadi. Misal inflasi pendidikan 14% (Kompas, 2014), maka mencari tempat investasi yg memberikan hasil di atas 14%.
Ya, faktanya riset menunjukkan 9 dari 10 orang Indonesia salah beli asuransi.
Mari sama-sama rajin mencari informasi sehingga tidak hanya menyalahkan tapi juga bisa memberi pencerahan.