Skip to main content

Tips Lebaran Hemat

MATERI SUDAH DI TAYANGKAN DI SIARAN RADIO SINDO TRIJAYA FM Jakarta,  23 Maret 2016, Pkl 10.00 - 11.00 wib.
Sebagian besar karyawan minggu ini atau minggu depan sudah menerima THR (Tunjangan Hari Raya) yang besarnya sampai dua (2) kali gaji pokok. 50%-100% THR digunakan untuk lebaran, mudik, pakaian, hadiah, ampau anak dan ponakan, dll. Selain tradisi MUDIK, Indoneisa memiliki tradisi, kebiasaan yang unik akan lebaran. Bisa jadi satu-satunya di dunia. Tradisi ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit, berbeda daerah berbeda kebiasaan. Seolah-olah bekerja selama satu tahun, untuk lebaran ini.
Berapa jumlah orang Indonesia yang melakukan mudik?
Data dari kementrian perhubungan, tahun 2016 ini diperkirakan 26.112.162 orang akan memanfaatkan momen lebaran untuk pulang ke kampung halaman, membawa pundi-pundi, oleh-oleh, cerita untuk sanak saudara di tempat tujuan.
Bagaimana tradisi lebaran di indonesia sehingga menghabiskan dana yang tidak sedikit?
Seperti disampaikan diawal setiap daerah berbeda, selain yang hampir sama baju baru, OPOR ayam, yang berbeda diantaranya :
Makasar : malam takbiran saling berkirim makanan, memberi ampao untuk anak-anak,  juga mengganti perabot rumah : meja kursi (sofa), gordyen, dan cat rumah semua baru, baju baru lebaran hari H-1 dan H-2 beda.
Saling mengunjungi, meski sudah bertemu di satu tempat.
Papua : menyediakan minuman kaleng (soft drink), selain anak-anak di kasih ampao, juga membawa pulang soft drink tersebut.
Solo  : ampao, secara transportasi hemat, karena adanya tradisi reuni keluarga, tidak perlu berbalas kunjung.
Batam : minuman kaleng, soda, cincau, jus, sebelum lebaran sudah stok minuman kaleng berdus-dus.
Dll.
Bagaimana mengatur belanja hemat untuk kebutuhan lebaran?
Membuat budget dan daftar barang yag dibutuhkan.
Membuat daftar belanja Ini hal yang jarang kita lakukan, mulai sekarang disiplinkan diri, Buat list barangnya dan alokasi anggarannya. Yang sering terjadi adalah kita belanja tanpa membuat daftar apa-apa yang akan dibeli. Walhasil “kalap” ketika bertemu diskon dan tak jarang apa yang di butuhkan tidak dibeli, dan keranjang belanja penuh dengan barang tidak penting.
Membuat daftar siapa saja yang hendak diberi dan diberi apa, barang atau uang (ampao).
Buat list jumlah saudara, siapa yang hendak di bagi amplop (ada isinya tentunya) dan siapa yang di kasih parcel, dan siapa yang di kasih keduanya. Jangan lupa budgetnya. Misal ponakan 500 atau 50 ribuan, anak tetangga dekat 200 atau 20ribuan, ortu kue lebaran, mukena/sarung dan amplop 1 juta berisi 5 ribuan, karena ortu biasanya akan digunakan untuk bagi-bagi lagi.
Belanja jauh-jauh hari.
Untuk belanja kebutuhan lebaran, baik baju, kue, parcel lakukan jauh-jauh hari, selain rajin menulis (membuat daftar) juga rajin membaca, membaca brosur, informasi, merchant atau toko mana yang menggelar diskon untuk barang yang kita butuhkan. Khusus untuk kue atau sejenisnya, jeli melihat tanggal kadaluarsa.
Jika budget tidak cukup, buat skala prioritas, siapa saja yang diberi parcel/ampao.
Ketika point nomor 2 ternyata budget tidak cukup bisa di lakukan 2 hal : mengurangi budget per orang yang diberikan, misal dari 500 ribu ke 300 ribu, atau mengurangi jumlah orang yang diberi, misal anak tetangga tidak usah.
Hindari berhutang untuk menambah budget/dana, jika terpaksa hanya boleh meminjam Dana Darurat.
Ketika dana tidak cukup sangat dilarang untuk berhutang, jikapun terpaksa hanya boleh berhutang DANA DARURAT, yang di kembalikan lagi setelah lebaran.
Pernah kejadian, karena dana lebaran memakan hampir 4 kali gaji, sehingga menutupnya dengan berhutang, sehingga sampai lebaran tahun depan hutang inipun belum selesai di bayar dan bertambah hutang baru lagi untuk lebaran berikutnya.
Jadikan lebaran tahun ini sebagai standard lebaran tahun depan.
Dana lebaran riil trahun ini bisa digunakan sebagai acuan untuk lebaran berikutnya. Jika cukup di penuhi dengan sebagian dana THR, missal 50-70% dana THR, maka cukup mengandalkan THR, namun jika tidak, maka dana lebaran harus dibentuk sejak lebaran berakhir. Sisihkan sekitar 3-5% gaji bulanan untuk tambahan kebutuhan lebaran tahun depan, baik lebaran idul fitri maupun idul adha. Ingat setelah idul fitri ada idul adha menanti setelahnya.
Bagaimana sebenarnya berlebaran itu?
Berlebaranlah sesuai kantong, jika cukup berlebaran dengan semua hal baru tentu sangat menyenangkan, namun jika tidak cukup, tanpa baju baru, perabot dan interior barupun idul fitri tak pernah kehilangan makna. Jangan sampai lebaran malah membuat kita bergaya hidup “boros”  sia-sia dan menjerumuskan kedalam lubang hutang. Karena esensi lebaran adalah keberhasilan dalam menjalankan ibadah ramadhan, sehingga kita seperti baru lahir kembali.
© ila abdulrahman
SHILA Financial

Popular posts from this blog

6 CIRI HIDUP MAPAN, KAMU TERMASUK NGGAK ?

Hidup mapan adalah dambaan dan kewajiban setiap orang. Karena kita diberi Allah kekayaan dan kecukupan, bukan kekayaan dan kemiskinan. Jadi siapa yang menjadikan kita miskin, adalah diri kita sendiri, akibat tidak merencanakan keuangan dengan baik, sehingga timpang dan tidak proporsional dalam membagi pos-pos keuangan. Beberapa contohnya karena tidak mengeluarkan hak Allah, pelit dalam berinfak sedekah, boros, dan banyak mengeluarkan harta secara sia-sia. Rejeki memang Allah yang memberi, namun manusialah yang seharusnya pandai mengatur agar cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan baik di dunia dan akherat kelak, sehingga kemapanan dapat dicapai. Aidil Akbar Madjid dalam kata-kata mutiaranya menulis, jika hidupmu mapan, maka wajahmu (yang tak tampan) akan termaafkan. ” Sepakat, karena setelah mapan, ketampanan itu bisa diusahakan. So, jika hidupmu mapan, pasangan rupawanpun bukan sekedar impian. Ya kan? Banyak orang mengasosiasikan hidup mapan dengan aset yang dimili...

NAFKAH ANAK PASCA BERCERAI, TANGGUNGJAWAB SIAPA ?

Sering sekali, pasca cerai, mantan istri banting tulang bak roller coaster demi memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Suami? Kan kita sudah cerai, dan kamu udah nikah lagi. Pernah dengar yang begini?  Lalu, sebenarnya kewajiban siapakah?  1. Secara syariah  Setiap manusia – selain Adam, Hawa, dan Isa–, tercipta dari satu ayah dan satu ibu. Karena itu, dalam aturan agama apapun, tidak ada istilah mantan anak, atau mantan bapak, atau mantan ibu. Karena hubungan anak dan orang tua, tidak akan pernah putus, sekalipun berpisah karena perceraian atau kematian. Berbeda dengan hubungan karena pernikahan. Hubungan ini bisa dibatalkan atau dipisahkan. Baik karena keputusan hakim, perceraian, atau kematian. Di sinilah kita mengenal istilah mantan suami, atau mantan istri. Dalam islam, kewajiban memberi nafkah dibebankan kepada ayah, dan bukan ibunya. Karena kepada keluarga, wajib menanggung semua kebutuhan anggota keluarganya, istri dan anak-anaknya. Keterang...

Wakaf, Mengapa Harus Menjadi Bagian dari Perencanaan Keuangan Muslim?

WAKAF Planning Menggunakan Produk Keuangan "Endowment". Saat ini Wakaf menjadi gerakan untuk menggalang dana beasiswa. Beberapa kampus di Indonesia, menerbitkan produk Reksadana Endowment, Deposito Endowment. Contohnya salah satu kampus di Jawa Barat & Jakarta bekerjasama dengan Manajer Investasi menerbitkan produk Reksadana Endowment, dimulai dari dana Lumpsum yang telah dimiliki, kemudian ditambah dana dari para alumni, mulai besaran 100rb, bahkan 10 ribu per penempatan. Imbal hasil atau keuntungan digunakan untuk membiayai UKT ataupun biaya hidup mahsiswa-mahasiwa yang kesulitan yang tidak tercover oleh beasiswa semacam bidikmisi dsb, sedangkan pokok, menjadi dana abadi yang semakin membesar. Bagaimana dengan Almamatermu? Sudahkah juga menerbitkan Reksadana Endowment? Dibawah adalah contoh Merencanakan Wakaf yang kita wajibkan dalam Perencanaan Keuangan seorang Muslim, dimana penyalurannya salah satunya melalui RD endowment. Mengapa Wakaf harus menjadi Bagian dari Per...