Dalam artikel sebelumnya telah dibahas 3 tips dalam memilih reksadana. Di artikel ini akan di bahs tips-tips lanjutannya.
Artikel sudah tayang di detik finance dengan judul,
Bingung Memilih Reksa Dana? Ini Tipsnya.”
1.
Usia Reksadana
Usia reksadana juga harus
diperhatikan. Reksadana yang telah berusia biasanya telah teruji kinerjanya
dalam masa-masa sulit sekalipun. Kita harus mengetahui kapan masa sulit atau
krisis dalam dunia ekonomi, sehingga dapat memilih reksadana yang tahan banting
terhadap krisis yang telah terjadi tersebut. Namun perlu difahami bahwa produk
reksadana yang berusia, tahan banting, cenderung memiliki Nilai Aktiva Bersih
(NAB) atau harga per unit yang relatif cukup mahal.
Beberapa investor ada yang
tidak memperhatikan usia reksadana, asal MI-nya bonafide, produk reksadananya
barupun ok-ok saja.
2.
Komponen Biaya
Pegangan
selanjutnya dalam meimilih reksadana adalah memperhatikan komponen biaya, agar
menghasilkan keuntungan yang diharapkan, seperti biaya atau fee pembelian,
penjualan dan biaya pengelolaan. Biaya-biaya ini harus diperhitungkan dengan
rinci sehingga keuntungan yang didapat maksimal.
Dana kelolaan disebut juga AUM (Asset Under Management) adalah
jumlah dana yang di kelola MI, yang berasal dari jumlah keseluruhan dana yang
dipercayakan oleh investor ditambah hasil pengembangannya. AUM bisa naik atau
turun karena kepercayaan investor dan kinerja pasar atau kombinasi dari
keduanya. Semakin besar tingkat AUM, maka semakin besar tingkat kepercayaan
investor, atau semakin banyak investor yang menitipkan dananya untuk di kelola
MI tersebut. Biasanya besar kecilnya AUM ditandai dengan kemampuan menembus
angka 1 trilyun.
Lalu, apakah yang dana kelolaannya kecil, berarti tidak bagus?
Belum tentu. Namun secara alamiah, Manajer Investasi berusaha mendapat
kepercayaan dari masyarakat yang ditandai dengan banyaknya masyarakat yang
berinvestasi, kecuali ada MI-MI tertentu yang membatasi reksadananya.
4.
Unit Penyertaan
Unit
Penyertaan (UP) adalah satuan ukuran yang menunjukkan jumlah penyertaan yang
dimiliki investor, atau NAB yang dipecah-pecah ke dalam instrumen investasi
yang dikelola reksadana. Unit Penyertaan bertambah
atau berkurang sesuai dengan transaksi investor. Setiap kali investor melakukan
pembelian reksa dana, maka UP akan bertambah, sebaliknya ketika investor
melakukan penjualan UP akan berkurang.
5.
Tingkat Return
atau Imbal hasil
Pada akhirnya tujuan investasi adalah mencari tingkat return
atau imbal hasil yang tinggi sesuai dengan profil risiko, karena tingkat
pengembalian yang tinggi akan memberikan keuntungan yang tinggi juga, dengan
hasil akumulasi akhir setidaknya minimal sesuai jumlah yang direncanakan.
Mengukur return reksadana dapat membandingkan dengan benchmark
tertentu. Riwayat kinerja dapat menunjukkan performanya terhadap IHSG atau
benchmark lain yang digunakan. Return yang diharapkan adalah yang konsisten di atas pembanding (benchmark) tersebut. Namun ini bukanlah
merupakan suatu jaminan karena biasanya hal ini menjadi bagian dari strategi
marketing perusahaan investasi. Oleh karena itu, sebagai investor harus jeli
dan melakukan cross check lagi terhadap besaran yang real yang akan diterima
pertahun jika menggunakan reksadana dari perusahaan tersebut.
Selain melihat pertumbuhan yang konsisten diatas pembanding, perlu dilihat,
alfa, beta dan standard deviasi reksadana tersebut. Namun ini adalah pekerjaan
yang lumayan membutuhkan pengetahuan.
Nah sudah mendapat pegangan, saatnya mulai bearksi, berinvestasi untuk
impian-impian Anda dimasa mendatang. Selamat merencanakan hidup dan selamat
berinvestasi.