Skip to main content

MERENCANAKAN PENDIDIKAN ANAK ? PERHATIKAN 4 HAL INI

ILA ABDULRAHMAN, RIFA,  RFC

“Tiada suatu pemberianpun yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya, selain pendidikan yang baik”

Salah satu kewajiban orang tua, khususnya seorang ayah adalah memberikan pendidikan terhadap buah hati. Dalam hal ini karena orang tua (kadang) tidak bisa  mendidik sendiri, maka mewakilkan kepada pihak lain yang namanya institusi pendidikan, yaitu sekolah, baik formal ataupun non formal.
Pendidikan ini umumnya ada 2 yaitu : pendidikan di rumah dan pendidikan di luar rumah. Pendidikan di rumah meliputi pendidikan agama, kewajiban dan larangan dalam agama, sopan santun, etika, dan kebiasaan-kebiasaan hidup lainnya yang tidak didapat di sekolah maupun penegas dan pendukung yang di dapat di bangku sekolah, termasuk teman dan lingkungannya. Pendidikan di luar rumah, biasanya berupa  sekolah formal, baik sekolah umum atau sekolah berbasis agama.
Ada hal-hal penting yang tidak boleh dilupakan dalam merancang pendidikan anak, diantaranya :

1.       Memilih sekolah  adalah Investasi Relasi Dan Koneksi

Relasi seperti apa yang ingin diperoleh nantinya, jenis teman dan hubungan yang ingin dijalin menentukan jenis sekolah yang ingin di pilih. Misal, apakah sekolah yang sebagian besar siswanya anak-anak tetangga perumahan, atau sekolah yang isnya anak-anaknya teman-teman kita sekarang, untuk membangun hubungan yang berkelanjutan.

2.       Memilih sekolah adalah Investasi Karakter

Teori genetik mengatakan produksi  (P) adalah hasil perpaduan antara genetik (G) dengan lingkungan (L) atau P= G +L, dimana genetik atau keturunan hanya berpengaruh terhadap karakter seseorang sebesar 30-40%nya dan sisanya hasil pengaruh lingkungan. artinya pengaruh lingkungan mampu mengalahkan sifat bawaan dari orang tuanya.
Sebaik apapun kita mendidik di rumah, jika anak akhirnya berada di lingkungan yang tidak selaras, maka hasilnya tidak akan seperti yang kita harapkan dan akan tumbuh berkarakter seperti lingkungan ia berada. Misal di rumah dibiasakan disiplin tetapi sekolah di tempat yang kedisiplinannya kurang ditegakkan, maka hasilnya bisa jadi anak akan kurang disiplin.

3.       Kemampuan Finansial

Tahukah bahwa untuk biaya kuliah saja bagi anak Anda 18 tahun lagi membutuhkan sekitar antara Rp. 2 - 6 milyar?

Apapun jenis sekolah yang menjadi pilihan, baiknya disesuaikan kemampuan finansial, kemampuan berinvestasi. Apakah cukup untuk sekolah umum atau cukup untuk sekolah terpadu. Jika budget tidak mencukupi, maka Anda tak perlu gengsi untuk menurunkan standar. Misal Anda ingin nanti anak bersekolah di SDIT dengan kebutuhan investasi sekarang 700 ribu per bulan, faktanya dana investasi hanya 400 ribu per bulan, cukup untuk sekolah umum, maka Anda harus rela anak sekolah di sekolah umum, dengan disiasati tambahan pelajaran dan pendidikan agama sendiri di rumah.

4.       Skala Prioritas

Di prioritas mana Anda menempatkan pendidikan dalam rencana keuangan. Jika menjadikannya sebagai prioritas utama, maka kerelaan Anda menjadikan investasi pendidikan, sebagai prioritas utama, menuntut Anda menomorduakan rencana keuangan yang lain.

Misal, untuk total biaya pendidikan anak, baik pendidikan di rumah atau di luar rumah dari Pra Sekolah hingga Sarjana, membutuhkan investasi 4 juta per bulan, di saat yang sama Anda membutuhkan investasi pembelian mobil 2,5 juta, Sedangkan alokasi investasi yang tersedia sebesar 5 juta, mana yang akan nomor sekiankan? 

Jika pendidikan, maka investasi mobil di nomo duakan, dengan cara menurunkan harga mobil yang akan dibeli atau waktu pembelian mobil diundur.

Jika Mobil yang Anda prioritaskan, maka, standar sekolah diturunkan disesuaikan dengan ketersediaan investasi yaitu sebesar 2,5 juta. 

Mana pilihan Anda? Beda keluarga beda prioritas, tergantung tujuan hidup, latar belakang dan pengalaman masing-masing.

Itulah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan pendidikan, meski masih ada hal lainnya yang banyak dibahas di kelas parenting, bukan kelas financial planning. Perlu diingat bahwa yang sekolah adalah anak, bukan kita. Dan anak adalah amanah yang kelak kita akan diminta pertanggungjawabannya sebagai orang tua, karenanya penting untuk merencanakan biayanya agar tujuan yang diinginkan tercapai.  Untuk kemudahan perencanaan pendidikan Anda bisa mengikuti kelas yang SHILA FINANCIAL selenggarakan  atau berkonsultasi kepada Perencana Keuangan Independen di SHILA FINANCIAL.

Salam finansial !

Popular posts from this blog

NAFKAH ANAK PASCA BERCERAI, TANGGUNGJAWAB SIAPA ?

Sering sekali, pasca cerai, mantan istri banting tulang bak roller coaster demi memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Suami? Kan kita sudah cerai, dan kamu udah nikah lagi. Pernah dengar yang begini?  Lalu, sebenarnya kewajiban siapakah?  1. Secara syariah  Setiap manusia – selain Adam, Hawa, dan Isa–, tercipta dari satu ayah dan satu ibu. Karena itu, dalam aturan agama apapun, tidak ada istilah mantan anak, atau mantan bapak, atau mantan ibu. Karena hubungan anak dan orang tua, tidak akan pernah putus, sekalipun berpisah karena perceraian atau kematian. Berbeda dengan hubungan karena pernikahan. Hubungan ini bisa dibatalkan atau dipisahkan. Baik karena keputusan hakim, perceraian, atau kematian. Di sinilah kita mengenal istilah mantan suami, atau mantan istri. Dalam islam, kewajiban memberi nafkah dibebankan kepada ayah, dan bukan ibunya. Karena kepada keluarga, wajib menanggung semua kebutuhan anggota keluarganya, istri dan anak-anaknya. Keterangan selengkapny

6 CIRI HIDUP MAPAN, KAMU TERMASUK NGGAK ?

Hidup mapan adalah dambaan dan kewajiban setiap orang. Karena kita diberi Allah kekayaan dan kecukupan, bukan kekayaan dan kemiskinan. Jadi siapa yang menjadikan kita miskin, adalah diri kita sendiri, akibat tidak merencanakan keuangan dengan baik, sehingga timpang dan tidak proporsional dalam membagi pos-pos keuangan. Beberapa contohnya karena tidak mengeluarkan hak Allah, pelit dalam berinfak sedekah, boros, dan banyak mengeluarkan harta secara sia-sia. Rejeki memang Allah yang memberi, namun manusialah yang seharusnya pandai mengatur agar cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan baik di dunia dan akherat kelak, sehingga kemapanan dapat dicapai. Aidil Akbar Madjid dalam kata-kata mutiaranya menulis, jika hidupmu mapan, maka wajahmu (yang tak tampan) akan termaafkan. ” Sepakat, karena setelah mapan, ketampanan itu bisa diusahakan. So, jika hidupmu mapan, pasangan rupawanpun bukan sekedar impian. Ya kan? Banyak orang mengasosiasikan hidup mapan dengan aset yang dimili

Wakaf, Mengapa Harus Menjadi Bagian dari Perencanaan Keuangan Muslim?

WAKAF Planning Menggunakan Produk Keuangan "Endowment". Saat ini Wakaf menjadi gerakan untuk menggalang dana beasiswa. Beberapa kampus di Indonesia, menerbitkan produk Reksadana Endowment, Deposito Endowment. Contohnya salah satu kampus di Jawa Barat & Jakarta bekerjasama dengan Manajer Investasi menerbitkan produk Reksadana Endowment, dimulai dari dana Lumpsum yang telah dimiliki, kemudian ditambah dana dari para alumni, mulai besaran 100rb, bahkan 10 ribu per penempatan. Imbal hasil atau keuntungan digunakan untuk membiayai UKT ataupun biaya hidup mahsiswa-mahasiwa yang kesulitan yang tidak tercover oleh beasiswa semacam bidikmisi dsb, sedangkan pokok, menjadi dana abadi yang semakin membesar. Bagaimana dengan Almamatermu? Sudahkah juga menerbitkan Reksadana Endowment? Dibawah adalah contoh Merencanakan Wakaf yang kita wajibkan dalam Perencanaan Keuangan seorang Muslim, dimana penyalurannya salah satunya melalui RD endowment. Mengapa Wakaf harus menjadi Bagian dari Per