Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2017

Keuangan Kalangan Menengah Ngehek

ILA ABDULRAHMAN, S.Pt., RIFA, RFC Dewasa ini prioritas keuangan bukan lagi untuk pemenuhan kebutuhan hidup, namun menjadi pemenuhan yang bersifat keinginan atau “prestise” belaka. Lebih baik “makan prestise” daripada makan nasi, demi kelihatan gaya, stylish, meski kantong megap-megap, meski tidak sedikit yang tetap menjadikan kebutuhan sebagai prioritas, yaitu mereka yang memahami pentingnya hidup sejahtera di masa depan. Data riset di LIPI menyebutkan bonus demografi indonesia akan mengalami puncaknya di tahun 2035. Bonus demografi secara sederhana dimaknai sebagai penduduk produktif yang  menjadi inti penggerak kehidupan ekonomi suatu negara dengan rasio 5 : 1. Kasus Indonesia memperlihatkan bahwa jumlah penduduk usia produktif mencapai 62,7 persen dari keseluruhan jumlah populasi penduduk sebesar 237 juta orang pada tahun 2013-2014. Jumlah penduduk usia produktif tersebut mengalami tren kenaikan sebesar 10 persen setiap tahunnya hingga mencapai puncaknya pada tahun 2035. Mem

MEMBELI UNIT LINK? FAHAMI RISIKO INI

ILA ABDULRAHMAN, S.Pt., RIFA, RFC Jaman sudah semakin mutakhir, e-money, fintech namun masih saja bahasan seputar unit link tak pernah berakhir. Ditawarkan dan jual dengan berbagai nama, mulai dari dana pensiun, dana pendidikan, dana haji, dana wakaf, asuransi jiwa dan lainnya. Penawarannyapun semakin beragam salah satunya   dengan sistem mirip Multi Level Marketing (MLM). Masyarakat sering tidak menyadari bahwa produk tersebut adalah unit link . M eskipun tumbuh paling fenomenal, Asuransi Jiwa unit-link tidak jarang menimbulkan kontroversi dan perdebatan. Selain karena unit link cukup advanced , pemahaman soal manfaat dan risiko produk ini kerap kurang tepat. Kurangnya pemahaman beresiko salah pilih produk. Dan data dari IARFC Indonesia menyatakan bahwa 9 dari 10 orang indoneisa salah beli asuransi. Anda tidak termasuk kan? Para perencana keuangan di IARFC menggunakan Unit Link untuk kebutuhan asuransi dengan kasus-kasus khusus, berdasarkan analisa

MAHAR ITU HALAL BERSAMAMU, BUKAN TERJEBAK UTANG BERSAMAMU

ILA ABDULRAHMAN S.Pt., RIFA, RFC Mahar, syarat yang mudah dalam pernikahan namun terkadang berubah menjadi rumit dan berat. Dampaknya? Pernikahan sangat mungkin   batal. Di sisi lain ada yang memenuhi besarnya mahar diluar kemampuan dengan berutang, sehingga kelar akad nikah muncullah cicilan, dan ini sedang menjadi tren, entah mengambil kredit multiguna atau Kredit Tanpa Agunan (KTA) yang bunganya relatif tinggi. Rumitnya mahar dan berat untuk sebagian orang ketika bersandingan dengan adat istiadat ataupun kebiasaan masyarakat setempat, bahwa mahar harus sekian puluh bahkan ratus juta sesuai dengan tingkat pendidikan calon mempelai perempuan, seperti di daerah Bugis. Tak jarang calon mempelai pria mundur, karena tidak mampu memenuhi jumlah mahar yang diinginkan. Dari hasil diskusi di grup telegram misalnya, di Aceh mahar biasanya seberat 10 maryam emas, satu maryam setara dengan 3,3 gram emas, sehingga berat mahar sebesar sekitar 33 gram emas. Daerah lain   yang terke