Skip to main content

Asuransi Kesehatan Penting

#Asuransi #AsuransiKesehatan #AsKes

(Penggunaan kata ASURANSI disini adalah untuk ASURANSI SYARIAH)
"Bisa dibeli saat sehat, dan tidak saat sakit"
Sebagai Planner, saya pribadi sangat bersyukur dengan adanya program wajib #BPJS bagi seluruh lapisan masyarakat dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Beban moral secara pribadi sangat berkurang.
Masyarakat ekonomi mikro dan golongan tidak mampu sudah bisa mendapat jaminan kesehatan tanpa harus ribet mencari surat keterangan tidak mampu dan lain-lain.
Dahulu ketika "disambati, si A sakit harus treatment begini, hanya bisa mengelus dada, mau di ikutkan ke asuransi swasta tidak bisa, karena sudah sakit.
Asuransi masih dianggap tidak penting, padahal ia ibarat payung/mantel dimusim hujan, mungkin tidak melindungi sepenuhnya dari guyuran air hujan, setidaknya tidak basah kuyub.
Asuransi, mungkin tidak mengcover semua biaya, setidaknya kita hanya perlu menambah biaya yang tidak di cover.
Seperti halnya payung yg dibeli dan disimpan ketika cerah, dan di pakai ketika hujan turun atau beberapa ketika panas terik, begitu juga asuransi, dimanfaatkan ketika sedang tidak sehat. Memakai payungpun kadang masih basah kaki dan sebagian badan kita, apalagi tidak.
Saat sehat premi yang dibayarkan terasa mahal, mati-matian menawar minta diskon inilah itulah, minta naik benefit dengan premi yang sama, namun ketika sakit datang premi itu terasa sangaaaat murah, sayangnya saat sakit sudah datang, kita tidak bisa membelinya.

Beberapa agen asuransi menceritakan hal yang serupa, " premi bayar 1 juta untuk setahun, sakit  habis 12 juta dicover 10 juta, masih bilang, kok cuman di cover 10 juta?"
"Anggap saja 2 jutanya air yang masih membasahi meski sudah pakai payung." ;)

SEBERAPA PENTING MEMILIKI ASURANSI KESEHATAN?
Dalam urutan Perencanaan Keuangan, ia menempati urutan ke 3, setelah melunasi hutang konsumtif dan memiliki Dana Darurat (DD), artinya SANGAT PENTING.
Sakit, tak satu orangpun mau, namun ketika datang tak satupun bisa menolak, yang bisa dilakukan hanyalah pencegahan dan pengobatan.
Jika kita tidak memiliki asuransi, siapa yang akan membayar? Tidak masalah bagi yang berkecukupan, yang tidak, mungkin harus pinjam kesana kemari.
Jika kita punya Asuransi, sudah ada yang membayar ketika sakit, ketika punya asuransi dan kita tetap sehat (aamiin) setidaknya premi kita telah membantu peserta lain yang sedang sakit.
BERAPA BENEFIT YANG HARUS DIBELI?
Bagi KARYAWAN yang sudah mendapat jaminan kesehatan dari kantor, cek mendapat benefit berapa, sesuai atau tidak dengan yang anda inginkan? Jika cukup tidak perlu beli lagi, namun jika kurang, silakan beli tambahan.
Misal dari kantor mendapat benefit Kamar Rawat Inap 600,(biasa disebut Ip-600), ternyata anda ingin di rawat kamar VIP seharga 800rb, maka anda membeli lagi sendiri asuransi lain minimal sebesar IP 200, sehingga ketika sakit dan rawat di kamar VIP IP 800, biaya sudah di cover asuransi dari kantor dan asuransi sendiri.
Bagi anda yang tidak karyawan tinggal beli sesuai benefit yang diinginkan.
*Bagi yang sudah punya BPJS, dan ingin beli lagi, belilah yg sudah CoB dengan BPJS.
Buat Bisnis Owner, belikan untuk seluruh karywannya dan keluarganya atau setidaknya ada santunan kesehatan yang bisa di belikan asuransi sendiri, sehingga karyawan lebih produktif
PERLUKAH ASURANSI PENYAKIT KRITIS?
Sebenarnya tidak ada yang namanya penyakit kritis, yang ada adalah kondisi suatu penyakit yang sudah kritis.
Karena namanya Kondisi Kritis, maka benefit akan cair pada saat kondisi penyakit tersebut sudah kritis. Tingkatan pengcoveran level kritis masing-masing perusahaan asuransi berbeda-beda, mulai dari "TERDETEKSI, stadium 1 (a,b) stadium 2 atau beberapa jenis penyakit dicover ketika stadium sudah 4 yang secara media sudah mendekati final/terminal". Nah...
Jadi perlu tidak? Silakan selesaikan dengan Financial Planner anda.
SAYA MENOLAK ASURANSI. Bagaimana menyiapkan #DanaKesehatan? 
Bagi yang tidak setuju dengan konsep Asuransi, silakan siapkan dalam DANA DARURAT. Dalam urutan Financial Planning, Dana Darurat menempati prioritas ke-2.
CARA MENGHITUNG Dana Darurat untuk kesehatan
1. Lihat history keluarga (minimal dari mulai nenek/kakek), jenis penyakit apa saja yang pernah di derita. (Misal Jantung).
2. Bagaimana GAYA HIDUP anda, cari tahu resiko penyakit yang mungkin ditimbulkan.
3. Cari tahu biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan penyakit-penyakit pada poin 1 &2. (Misal Jantung : misal 2015 butuh biaya 300jt)
4. Hitung inflasi biaya kesehatan.(misal kenaikan biaya kesehatan 20%), maka tahun depan 2016, 300jt akan menjadi 360jt. Siapkan 360 juta dalam rekening tersendiri.
5. Tambah simpanan DD kesehatan mengikuti inflasi kesehatan setiap tahun.
Misal setiap tahun di tambah 20%, maka tahun 2017 harus ditambah 72 juta, menjadi 432juta, dst.
Mudah Bukan.
Ingat, contoh diatas hanya untuk 1 jenis penyakit, hitung detail.untuk semua reaiko penyakit dari history keluarga maupun yang mungkin timbul dari GAYA HIDUP.
Salam SHILA FINANCIAL.
*iLa Abdulrahman*

Popular posts from this blog

6 CIRI HIDUP MAPAN, KAMU TERMASUK NGGAK ?

Hidup mapan adalah dambaan dan kewajiban setiap orang. Karena kita diberi Allah kekayaan dan kecukupan, bukan kekayaan dan kemiskinan. Jadi siapa yang menjadikan kita miskin, adalah diri kita sendiri, akibat tidak merencanakan keuangan dengan baik, sehingga timpang dan tidak proporsional dalam membagi pos-pos keuangan. Beberapa contohnya karena tidak mengeluarkan hak Allah, pelit dalam berinfak sedekah, boros, dan banyak mengeluarkan harta secara sia-sia. Rejeki memang Allah yang memberi, namun manusialah yang seharusnya pandai mengatur agar cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan baik di dunia dan akherat kelak, sehingga kemapanan dapat dicapai. Aidil Akbar Madjid dalam kata-kata mutiaranya menulis, jika hidupmu mapan, maka wajahmu (yang tak tampan) akan termaafkan. ” Sepakat, karena setelah mapan, ketampanan itu bisa diusahakan. So, jika hidupmu mapan, pasangan rupawanpun bukan sekedar impian. Ya kan? Banyak orang mengasosiasikan hidup mapan dengan aset yang dimili...

NAFKAH ANAK PASCA BERCERAI, TANGGUNGJAWAB SIAPA ?

Sering sekali, pasca cerai, mantan istri banting tulang bak roller coaster demi memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Suami? Kan kita sudah cerai, dan kamu udah nikah lagi. Pernah dengar yang begini?  Lalu, sebenarnya kewajiban siapakah?  1. Secara syariah  Setiap manusia – selain Adam, Hawa, dan Isa–, tercipta dari satu ayah dan satu ibu. Karena itu, dalam aturan agama apapun, tidak ada istilah mantan anak, atau mantan bapak, atau mantan ibu. Karena hubungan anak dan orang tua, tidak akan pernah putus, sekalipun berpisah karena perceraian atau kematian. Berbeda dengan hubungan karena pernikahan. Hubungan ini bisa dibatalkan atau dipisahkan. Baik karena keputusan hakim, perceraian, atau kematian. Di sinilah kita mengenal istilah mantan suami, atau mantan istri. Dalam islam, kewajiban memberi nafkah dibebankan kepada ayah, dan bukan ibunya. Karena kepada keluarga, wajib menanggung semua kebutuhan anggota keluarganya, istri dan anak-anaknya. Keterang...

Wakaf, Mengapa Harus Menjadi Bagian dari Perencanaan Keuangan Muslim?

WAKAF Planning Menggunakan Produk Keuangan "Endowment". Saat ini Wakaf menjadi gerakan untuk menggalang dana beasiswa. Beberapa kampus di Indonesia, menerbitkan produk Reksadana Endowment, Deposito Endowment. Contohnya salah satu kampus di Jawa Barat & Jakarta bekerjasama dengan Manajer Investasi menerbitkan produk Reksadana Endowment, dimulai dari dana Lumpsum yang telah dimiliki, kemudian ditambah dana dari para alumni, mulai besaran 100rb, bahkan 10 ribu per penempatan. Imbal hasil atau keuntungan digunakan untuk membiayai UKT ataupun biaya hidup mahsiswa-mahasiwa yang kesulitan yang tidak tercover oleh beasiswa semacam bidikmisi dsb, sedangkan pokok, menjadi dana abadi yang semakin membesar. Bagaimana dengan Almamatermu? Sudahkah juga menerbitkan Reksadana Endowment? Dibawah adalah contoh Merencanakan Wakaf yang kita wajibkan dalam Perencanaan Keuangan seorang Muslim, dimana penyalurannya salah satunya melalui RD endowment. Mengapa Wakaf harus menjadi Bagian dari Per...