Skip to main content

PILIH MAPAN ATAU TERLIHAT MAPAN?

"Jika engkau tak tampan, jadilah mapan, maka wajahmu akan termaafkan." Kira-kira seperti itulah bunyi quote yang sempat viral.



Masih ingat dong statemen di artikel mudik, bahwa orang tua akan berbangga sekali ketika anak-anaknya mudik dengan 'terlihat' mapan, entah bagaimana kondisi keuangan sang anak sebenarnya. Bagi anak, enggak apa-apa dong menyenangkan orang tua. Iyess, setuju dengan bagian ini. Hanya bagaimana cara menyenangkan ini tanpa membuat keuangan jebol dan berantakan, apalagi beberapa tahun terakhir, lebaran berbarengan dengan kenaikan kelas atau masuk jenjang sekolah yang lebih tinggi, liburan kenaikan dan Idul Fitri. Tujuannya adalah menjadi mapan dan bukan terlihat mapan. Salah satu caranya adalah dengan berinvestasi.

Terlihat Mapan

Beberapa waktu yang lalu, bertemu dengan seseorang, sebut saja Si A. Mentereng, mobil harga dengan angka nyaris miliar, tas branded, yang saya kesulitan melafalkannya dengan benar, ndeso ya? Penampilan bak sosialita, semua masih kredit. Bukan di kreditnya yang menjadi masalah, tidak ada yang salah dengan kredit. Namun di jumlahnya ternyata melebihi batas sehat rasio keuangan, kredit tersebut memakan 60% dari pendapatannya, 40% sisanya untuk biaya hidup tanpa bisa dikurangi lagi untuk berinvestasi. Dari sini belum terlihat 'nampak mapannya'.

Akhirnya, mapan itu ternyata hanya sebuah penampakan saja, dengan didukung oleh tidak ada harta lain baik harta dalam bentuk tunai atau setara tunai ataupun harta investasi lain, selain yang dipakai tersebut.

Menjadi Mapan

Sebenarnya sudah lumayan lama bertemu dengan orang ini. Sebut saja Si B. Sederhana, hanya mobil harga di bawah Rp 200 jutaan, sering ke mana-mana menggunakan jasa transportasi ojek online, meski tak dapat dipungkiri urusan top to toe, branded, hobinya offroad, namun tetap kelihatan sederhana. Jika orang yang biasa berperilaku kelihatan mapan akan melihat Si B ini sebagai orang yang biasa alias tidak kaya. Namun tahukah, berapa hartanya? Nyaris di angka triliun. So, tau kan sekarang bedanya mapan dan terlihat mapan?

Tujuan Adalah Mapan Bukan Terlihat Mapan

Menjadi Kaya, menjadi mapan adalah mempersiapkan kenyamanan hidup tidak hanya saat ini, namun juga di masa depan, pendapatan dibagi sedemikian rupa sesuai kaidah keuangan untuk bersosial, berinvestasi, mengangsur utang produktif jika ada, dan untuk biaya hidup. Jika tidak memiliki utang porsi dilarikan ke pos investasi, bukan untuk pos biaya hidup. Sehingga pendidikan anak-anak terpenuhi dengan baik, tersedia dana untuk kewajiban dalam agama, seperti berhaji, menikahkan anak dan juga dana pensiun, serta mempersiapkan investasi wakaf. Kenyamanan, kemapanan hidup saat ini akan terus dinikmati hingga usia menjemput.


Kita hanya akan menikmati kenyamanan saat ini alias terlihat kaya, terlihat mapan, menjadi social climber, karena gaya hidup yang konsumtif, pola ikut-ikutan, yang menghabiskan hampir keseluruhan pendapatan untuk biaya hidup, gaya hidup kelas menengah yang ngehek negatif. Tahukah, bahwa seharusnya biaya sekolah anak diambilkan dari investasi, tidak dari cashflow bulanan, namun bagaimana dari investasi, sedangkan selama ini tidak ada yang dialokasikan?

Ke depan tidak memiliki dana pensiun, jangankan dana pensiun, dana darurat saja tidak ada, pendapatan hanya untuk hari ini dan apa yang viral besok.

Sudah saatnya sadar, sadar finansial, bahwa hidup tidak hanya hari ini, tidak hanya di dunia ini, namun ada hari esok, lusa, juga akhirat. Bagaimana melakukannya? Alokasikan sebagian pendapatan untuk berinvestasi sesuai dengan kebutuhan keuangan.


Jangan pelit untuk berinvestasi, terutama investasi leher ke atas. Konsultasikan ke mana harus berinvestasi kepada financial advisor, agar tepat sesuai dengan karakter dan profil risiko, juga tepat jumlah, tepat produk sehingga hasil yang ingin dicapai minimal sesuai dengan yang dibutuhkan. Atau bisa belajar sendiri dengan ikut pelatihan-pelatihan.

Tahukah bahwa biaya yang Anda keluarkan untuk sebuah jasa financial planner atau pelatihan yang memberi solusi finansial Anda, jauh lebih kecil dibanding dengan apa yang akan Anda dapatkan. Semoga bermanfaat dan Empowering your financial! (wdl/wdl)


Artikel telah terbit di Detik Finance.

Konsultasi : 085747588894
Event : 08881851225
Email : shila.financial@gmail.com
Sosial Media : @shilafinancial, @ilaabdulrahman

Popular posts from this blog

NAFKAH ANAK PASCA BERCERAI, TANGGUNGJAWAB SIAPA ?

Sering sekali, pasca cerai, mantan istri banting tulang bak roller coaster demi memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Suami? Kan kita sudah cerai, dan kamu udah nikah lagi. Pernah dengar yang begini?  Lalu, sebenarnya kewajiban siapakah?  1. Secara syariah  Setiap manusia – selain Adam, Hawa, dan Isa–, tercipta dari satu ayah dan satu ibu. Karena itu, dalam aturan agama apapun, tidak ada istilah mantan anak, atau mantan bapak, atau mantan ibu. Karena hubungan anak dan orang tua, tidak akan pernah putus, sekalipun berpisah karena perceraian atau kematian. Berbeda dengan hubungan karena pernikahan. Hubungan ini bisa dibatalkan atau dipisahkan. Baik karena keputusan hakim, perceraian, atau kematian. Di sinilah kita mengenal istilah mantan suami, atau mantan istri. Dalam islam, kewajiban memberi nafkah dibebankan kepada ayah, dan bukan ibunya. Karena kepada keluarga, wajib menanggung semua kebutuhan anggota keluarganya, istri dan anak-anaknya. Keterangan selengkapny

6 CIRI HIDUP MAPAN, KAMU TERMASUK NGGAK ?

Hidup mapan adalah dambaan dan kewajiban setiap orang. Karena kita diberi Allah kekayaan dan kecukupan, bukan kekayaan dan kemiskinan. Jadi siapa yang menjadikan kita miskin, adalah diri kita sendiri, akibat tidak merencanakan keuangan dengan baik, sehingga timpang dan tidak proporsional dalam membagi pos-pos keuangan. Beberapa contohnya karena tidak mengeluarkan hak Allah, pelit dalam berinfak sedekah, boros, dan banyak mengeluarkan harta secara sia-sia. Rejeki memang Allah yang memberi, namun manusialah yang seharusnya pandai mengatur agar cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan baik di dunia dan akherat kelak, sehingga kemapanan dapat dicapai. Aidil Akbar Madjid dalam kata-kata mutiaranya menulis, jika hidupmu mapan, maka wajahmu (yang tak tampan) akan termaafkan. ” Sepakat, karena setelah mapan, ketampanan itu bisa diusahakan. So, jika hidupmu mapan, pasangan rupawanpun bukan sekedar impian. Ya kan? Banyak orang mengasosiasikan hidup mapan dengan aset yang dimili

Wakaf, Mengapa Harus Menjadi Bagian dari Perencanaan Keuangan Muslim?

WAKAF Planning Menggunakan Produk Keuangan "Endowment". Saat ini Wakaf menjadi gerakan untuk menggalang dana beasiswa. Beberapa kampus di Indonesia, menerbitkan produk Reksadana Endowment, Deposito Endowment. Contohnya salah satu kampus di Jawa Barat & Jakarta bekerjasama dengan Manajer Investasi menerbitkan produk Reksadana Endowment, dimulai dari dana Lumpsum yang telah dimiliki, kemudian ditambah dana dari para alumni, mulai besaran 100rb, bahkan 10 ribu per penempatan. Imbal hasil atau keuntungan digunakan untuk membiayai UKT ataupun biaya hidup mahsiswa-mahasiwa yang kesulitan yang tidak tercover oleh beasiswa semacam bidikmisi dsb, sedangkan pokok, menjadi dana abadi yang semakin membesar. Bagaimana dengan Almamatermu? Sudahkah juga menerbitkan Reksadana Endowment? Dibawah adalah contoh Merencanakan Wakaf yang kita wajibkan dalam Perencanaan Keuangan seorang Muslim, dimana penyalurannya salah satunya melalui RD endowment. Mengapa Wakaf harus menjadi Bagian dari Per