Tahukah bahwa, menurut UN Women Executive Director, Michelle Bachelet, 90% perempuan mendukung kesejahteraan ekonomi keluarga serta pertumbuhan ekonomi inklusif yang berkelanjutan.
Riset itu terbukti dengan beberapa kasus pilihan yang penulis rangkum dari tahun 2014 sampai 2021 tentang kisah para ibu “Wonder WoMom, yang semula hidup dengan double income (penghasilan istri dan suami), menjadi single income (penghasilan istri atau suami saja), karena berbagai sebab. Para perempuan ini mampu mengelolanya, untuk mencapai kesejahteraan keluarga dan meng-empower dirinya dari rumah.
SUAMIKU “KIDS PARENT”
Kisah pertama ini adalah kisah dari seseorang yang menikah dengan “kids parent” atau biasa masyarakat sebut dengan ‘’Anak Mami”. Menikah dengan anak seorang “pejabat pajak” pada masanya, berakhir harus menjadi Single Mom dan menjadi KKP (Kepala Keluarga Perempuan) serta menafkahi suami. Suami keluar masuk pekerjaan baru karena gengsi bekerja, kecuali 'pekerjaan mentereng'. Akhirnya diputuskan suami berperan dari rumah dan 99% kebutuhan keluarga, dipenuhi dari penghasilan istri, termasuk uang saku suami.
Keputusan itu diambil juga karena
sulitnya mendapat Pekerja Rumah Tangga (PRT) untuk menjaga anak-anaknya, ketika
keduanya bekerja. Saling percaya dan menerima diantara keduanya, dengan menjadikan
semuanya “baik-baik”saja dengan saling berkompromi. Perencanaan keuangan dibuat
untuk mengatasi peliknya permasalah keuangan di dalam rumah tangga mereka,
dimana selain dengan single income, ada orang tua yang tinggal bersama yang
masih berstigma.
Fakta lainnya : KDRT Financial, Divorce Planning, Jebakan Utang.
REWARD PENGORBANAN SUAMI
Suami berkorban meninggalkan
pekerjaannya yang relatif sudah mapan untuk mendampingi saya ke Aussie melanjutkan
pendidikan S3. Kembali ke Indonesia, kami hidup dari penghasilan saya sebagai
abdi negara, selama beberapa lama, meski suami telah bekerja kembali. Saya
merasa perlu mengamankan segala kebutuhan di masa mendatang seperti biaya
pendidikan anak-anak, tetapi ada rasa gak enak, segen, takut berantem, sehingga
ya sudahlah, saya harus mengatur income sedemikian rupa, syukurlah akhirnya
perjuangan 1 tahun mengkomunikasikan rencana keuangan, suami faham dan mau berbagi
peran. Suami membayar pengeluaran dan investasi terkait kebutuhan anak-anak,
seperti sekolah, ke dokter dan lain-lain, saya memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Fakta lainnya : KDRT Fisik, KDRT Financial, Pelecehan seksual temen di
kantor.
TERJERAT HUTANG JUDI BOLA
Penghasilan suami habis untuk membayar hutang kalah judi bola. Ironisnya, mertua menganggap untuk membiayai kebutuhan keluarga dan gaya hidup istrinya yang terlihat hedon, terungkap fakta sebenarnya setelah debt collector dating, dan disidang di hadapan keluarga besar.
Perjuangan 2 tahun untuk memperbaiki semua baik saya sendiri berusaha membuktikan tidak hedon atau suami untuk berhenti judi, tidak menemukan titik temu, ketika judi berubah menjadi alkohol. Akhirnya, tahun 2018 meja hijau menjadi titik pertemuan kami yang terakhir. Tanpa gono gini, kami berdua memulai lagi semua dari nol (0). Saya membawa 2 anak, suami membawa 1 anak, dan saya tinggal menempati rumah anak-anak yang telah diamankan dari pergono ginian.
Fakta lainnya : Divorce Planning (2 kali), Saksi Ahli di PA, DNA test, pemalsuan akta cerai, perzinahan, pembatalan pernikahan, penelantaran anak & Istri.
SUAMI HOBI MABUK DISUSUL SAKIT TBC
Sudahlah kami keluarga pra sejahteara,
suami hobinya mabuk & mancing ikan yang berakhir dengan mancing keributan,
ditambah kemudian suami sakit TBC. Seringkali karena kondisi keuangan, dan
tidak mengetahui jalur akses kesehatan gratis, pengobatan terhenti di tengah
jalan. Selama berpuluh tahun, menjadi kepala keluarga dengan 2 anak perempuan,
saya berusaha “nrimo”’ pasti bisa. Alhamdulillah 2014, suami sadar setelah
kelahiran anak ketiga kami berjenis kelamin laki-laki, dan mau bekerja apa saja
yang penting anak-anak bisa makan layak, bisa sekolah. 2018, suami kita
rekomendasikan, bergabung menjadi driver di “jaket hijau’’, dan
kehidupan mereka membaik. Thanks Unicorn
Helm Ijo Indoneisa.
Fakta lainnya : Anak Luar Nikah, Wali Hakim, Itsbat, Akses Kesehatan Gratis.
MEMUTUSKAN RESIGN TANPA PERSIAPAN
Memiliki 3 orang anak, dan bekerja di kota lain dengan jarak tempuh relatif jauh, saya memutuskan resign, dan memulai hidup dengan sepertiga dari income semula. Sambil mencoba membuat produk dari keilmuan saya, beberapa ketika kami makan berlauk garam, kerupuk, benar-benar garam. Saya memanfaatkan penghasilan yang tinggal 30% untuk semua kebutuhan hidup, dan melakukan trial & error produk rumahan. Tahun 2013, Ketika bisnis sudah berjalan baik dan menghasilkan beberapa asset, suami berpulang karena serangan jantung. Yang tadinya menjadi Ibu mengelola single income, berubah mendapat gelar tambahan Single Parent.
Fakta Penting : Poligami Planning, Divorce Planning, Wali Aset.
SUAMI MENINGGAL
Pergi dalam keadaan sehat, pulang telah berbungkus kafan. Bersyukur suami mengajari istrinya ini untuk self financially, dengan usaha katering.
Fakta lainnya : Terjebak Rentenir, Bank “Plecit”
Jujurly, menulis kisah ini membuat saya inhale exhale. Mungkin suatu hari, perlu menceritakan "detail " fakta lainnya'' masing-masing dalam satu tulisan.
Tulisan ini telah dibuat lebih awal dalam VERSI INSTAGRAM.
Menjadi perempuan berdaya adalah niscaya, berdaya personal, spiritual & finansial, karena hidup pada akhirnya tentang sendiri, tentang ditinggalkan atau meninggalkan. dengan tetap menjalani setiap peran yang ditetapkan.